Koneksi Antar Materi Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid



Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar 

Banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh dari modul 3.3. Saya baru menyadari pentingnya peran guru dalam menciptakan program yang melibatkan murid, baik dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Murid memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai pengawas dan pendamping. Ketika murid mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka, hubungan antara guru dan murid berubah menjadi kemitraan. Ketika murid memimpin proses pembelajaran mereka (agency), mereka memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam proses pembelajaran mereka. Tugas guru adalah menciptakan lingkungan yang mendorong budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam pemikiran, niat, pelaksanaan, dan refleksi tindakan mereka.


Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 

Emosi-emosi yang saya alami sehubungan dengan pengalaman belajar ini sangat positif. Saya merasa senang karena mendapatkan pengetahuan baru yang sangat menarik dan bermanfaat. Hal ini telah membuka pikiran saya untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran saya dan memberikan yang terbaik untuk murid. Saya merasa tertantang untuk merancang program-program pendidikan yang melibatkan peran aktif murid dan memanfaatkan aset yang ada di sekolah dengan baik. Saya yakin bahwa prinsip "dari murid untuk murid" akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.


Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar      

Setelah mengikuti modul ini, saya mengidentifikasi beberapa aspek positif dalam keterlibatan saya dalam proses belajar. Pertama, saya menyadari bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, mentoring, dan evaluasi program sangat penting. Ini memberikan landasan yang kuat untuk program-program yang efektif. Selanjutnya, saya memahami betapa pentingnya seorang guru dalam menyusun program yang memberi murid suara, pilihan, dan kepemilikan. Ini menciptakan rasa keterlibatan yang lebih dalam dan membuat pembelajaran menjadi lebih berarti bagi murid. Dengan demikian, saya telah mengidentifikasi aspek-aspek positif dalam peran saya sebagai pemimpin pembelajaran dan menyusun program yang mengutamakan partisipasi aktif murid.


Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

Setelah memahami modul ini, saya merasa perlu untuk lebih mendengarkan suara anak dan memberi mereka kesempatan untuk memilih dan berpartisipasi dalam program-program yang kami susun. Ini akan meningkatkan rasa memiliki mereka terhadap program-program tersebut. Selain itu, saya menyadari nilai dan peran penting guru penggerak dalam mengelola program yang berdampak pada murid. Semangat inovasi dan tekad untuk memberikan yang terbaik bagi murid-murid mendorong saya untuk terus belajar dan mengajak mereka menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran, sehingga menciptakan keadaan yang lebih baik bagi mereka. Ini berimplikasi pada perkembangan kompetensi dan kematangan pribadi saya sebagai pemimpin pembelajaran.


Apa intisari yang anda dapatkan dari modul ini ?

Apa itu kepemimpinan murid ( study agency ) dan bagaimana kaitannya dengan profil pelajara Pancasila ?

Kepemimpinan murid, yang juga dikenal sebagai study agency, merujuk pada kemampuan mereka untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri. Ini melibatkan kemampuan mereka dalam membuat pilihan, mengemukakan pendapat, berpartisipasi aktif dalam komunitas belajar, dan berkontribusi dalam proses belajar. Kepemimpinan murid berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki diri. Ketika mereka mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan keyakinan bahwa kemampuan mereka dapat berkembang. Hal ini membantu mereka mencapai kesejahteraan fisik dan mental. Dalam konteks ini, hubungan antara guru dan murid berubah menjadi lebih seperti kemitraan, di mana guru mendukung murid dalam pengembangan kepemimpinan mereka. Upaya untuk mengembangkan kepemimpinan murid ini diharapkan akan membantu mereka mewujudkan profil pelajar Pancasila dengan baik.


Bagaimana suara ( voice ), pilihan ( choice ) dan kepemilikan murid (ownership) dalam konsep kepemimpinan murid dalam konsep kepemimpinan murid ?

Ketika murid menjadi pemimpin dalam pembelajaran mereka (agency), mereka memperoleh suara, pilihan, dan kepemilikan dalam proses pembelajaran mereka. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Dalam peran ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan yang mendorong murid untuk mengambil inisiatif, membuat keputusan, dan merasa memiliki proses belajar mereka. Tugas guru adalah menciptakan budaya di mana murid merasa memiliki suara dalam apa yang mereka pelajari, memiliki pilihan dalam bagaimana mereka belajar, dan merasa memiliki tanggung jawab penuh terhadap pembelajaran mereka. Dengan cara ini, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif, karena melibatkan partisipasi aktif murid dalam mengelola dan mendalami pembelajaran mereka sendiri.


Apa sebenarnya yang dimaksud suara , pilihan dan kepemilikan murid ?

Suara (voice) mencakup pandangan, gagasan, dan perhatian yang dinyatakan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka dalam berbagai konteks, seperti kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan. Suara ini berdampak pada proses pengambilan keputusan dan memiliki pengaruh kolektif pada pengalaman murid.


Pilihan (choice) adalah tentang memberikan kesempatan kepada murid untuk memilih dan mengambil langkah-langkah keputusan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Dalam hal sosial, murid dapat memilih kelompok yang sesuai dengan minat dan tujuan mereka. Di lingkungan, mereka bisa memilih tempat belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Sedangkan dalam pembelajaran, mereka diberikan pilihan untuk mengakses, berlatih, atau menunjukkan pemahaman mereka dalam kurikulum.


Kepemilikan (ownership) dalam pembelajaran mencerminkan rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar. Ini menunjukkan bahwa murid merasa memiliki pembelajaran mereka sendiri, yang mendorong mereka untuk berpartisipasi lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. (diadaptasi dari volt DL.Damiano-Lantz M)


Bagaimana lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya kepemimpinan ?

Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Noble et al (2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif, hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan, pengoptimalan kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah :

  • Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.
  • Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.
  • Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.
  • Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
  • Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
  • Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.
  • Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid, maka guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak, Salah satunya dari komunitas.


Bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid ?

Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru, orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar murid. Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada: komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh, dsb), komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru), komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb), komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb), komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha, media, universitas, DPR, dsb). Semua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid. Komunitas-komunitas yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan. Mereka akan berusaha menciptakan kesempatan-kesempatan yang mendorong tumbuhnya dan berkembangnya berbagai sikap dan keterampilan-keterampilan penting dalam diri murid, misalnya sikap percaya diri, mandiri, kreatif, gigih, keterampilan berpikir kritis, dalam berbagai interaksi yang mereka lakukan dengan murid, sehingga murid akan senantiasa merasa didukung, berdaya, dan memiliki efikasi diri yang tinggi.


Keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya

Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.1

Filosofi dan metafora "Menumbuhkan padi" yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara memiliki makna mendalam dalam konteks pembelajaran berpusat pada murid. Kita diajak untuk memahami bahwa dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang efektif, kita perlu merancang ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan murid, seperti proses pertumbuhan padi sesuai dengan kodratnya. Dalam merancang program pembelajaran, baik itu yang terintegrasi dalam kurikulum (intrakurikuler), kegiatan di luar kurikulum (kokurikuler), atau kegiatan ekstrakurikuler, murid harus selalu menjadi fokus utama. Dengan demikian, pendekatan ini menggarisbawahi pentingnya memahami dan memenuhi kebutuhan serta potensi unik setiap murid dalam proses pembelajaran.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.2

Dalam upaya menyusun dan mengelola program yang berdampak pada murid, penting bagi guru untuk menjunjung nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai ini harus menjadi landasan bagi guru dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat memberikan pengaruh positif pada murid. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini, guru dapat memberikan ruang bagi murid untuk mengembangkan kapasitas mereka dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Hal ini memungkinkan potensi kepemimpinan murid untuk berkembang dengan optimal. Guru memiliki peran sebagai pendamping yang membimbing murid dalam proses ini, sehingga pengembangan potensi kepemimpinan mereka sesuai dengan karakteristik, konteks, dan kebutuhan individu tetap terjaga, sambil tetap menjaga kontrol yang diperlukan.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.3

Visi seorang guru penggerak sangat berkaitan dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang berfokus pada kesejahteraan murid dan menjalankan program sekolah dengan dukungan berbagai pemangku kepentingan dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan memanfaatkan pendekatan Inquiri Apresiatif (IA) dan model 5D cycle (BAGJA) dalam perencanaan, guru penggerak dapat mengapresiasi kekuatan dan potensi murid serta menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka. Model 5D cycle (BAGJA) memberikan panduan komprehensif untuk perencanaan yang melibatkan berbagai pihak dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai visi lingkungan pembelajaran yang berpihak pada murid dan berdampak positif bagi semua pemangku kepentingan sekolah.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.4

Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid diharapkan akan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif ini melibatkan lingkungan yang mendukung perkembangan siswa, terutama dalam menghormati dan memahami kodrat individu anak-anak. Dalam lingkungan belajar yang penuh dengan budaya positif, siswa diajak untuk berkomunikasi dua arah dengan guru, dan nilai-nilai pendidikan karakter ditanamkan dalam upaya mendukung pelaksanaan program sekolah yang berdampak positif pada murid. Dengan demikian, diharapkan budaya positif ini akan memengaruhi perilaku siswa secara positif dan membantu mencapai tujuan program pendidikan yang lebih luas.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.1

Merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari pemahaman terhadap kebutuhan individu murid, seperti tingkat kesiapan belajar mereka, minat belajar, dan profil belajar masing-masing siswa. Seorang guru penggerak diberi bekal untuk memahami betapa pentingnya fokus pada kebutuhan murid, karena setiap murid memiliki kebutuhan unik. Kepahaman akan keragaman ini menjadi landasan untuk merancang program yang akan memberikan dampak positif pada murid. Keragaman ini, justru menjadi aset yang berharga karena memungkinkan guru untuk merancang program-program yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu murid, sehingga memastikan bahwa program tersebut dapat berdampak positif sesuai dengan keunikan masing-masing murid.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.2

Dalam perencanaan program yang berdampak pada murid, sangat penting bagi guru untuk mengintegrasikan pembelajaran social emosional. Ini diperlukan agar memfasilitasi kesadaran penuh (mindfulness) pada murid. Saat program berjalan, murid dapat merasakan ketenangan, fokus, empati, motivasi, dan tanggung jawab terhadap pilihan-pilihan mereka. Teknik mindfulness menjadi strategi yang efektif dalam mengembangkan lima kompetensi sosial yang didasarkan pada orientasi yang berpihak pada murid dan berdampak positif pada perkembangan anak.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.3

Coaching memiliki peran penting dalam menggali potensi dan meningkatkan kinerja murid, terutama ketika mereka harus mencari solusi untuk permasalahan yang timbul saat menjalankan program yang berdampak pada murid. Dalam hal ini, sikap kreatif, inovatif, dan berpikir kritis dari murid sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan mereka menjadi pelajar yang mandiri. Coaching memberikan kesempatan kepada murid untuk berkembang dan mengembangkan kemampuan berpikir pribadi mereka. Oleh karena itu, dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat menjadi strategi efektif dalam mengembangkan potensi murid.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.1

Seorang pemimpin pembelajaran adalah individu yang bertanggung jawab untuk menciptakan perubahan yang positif dan bekerja sama dengan orang lain. Untuk memastikan keputusan yang diambil dalam perencanaan program adalah efektif dan efisien, ada tiga prinsip berpikir, empat paradigma pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan yang perlu diperhatikan oleh pemimpin pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa percaya diri, keamanan, dan kebahagiaan bagi murid dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.


Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.2

Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, sangat penting untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan aset atau sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Ini akan membantu dalam penggunaan yang efektif dari sumber daya tersebut. Dengan berfokus pada kekuatan yang ada, perencanaan dan pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini harus menjadi perhatian bersama bagi semua pihak yang terlibat dalam pendidikan.


Persektif saya tentang program yang berdampak positif pada murid

Program yang berdampak positif pada murid harus disusun berdasarkan analisis kebutuhan murid. Fokusnya harus selalu pada murid dan pengembangan potensi mereka. Program-program tersebut harus berdasarkan minat dan harapan murid, sehingga mereka merasa terlibat dalam proses pembelajaran.


Untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program sekolah yang berdampak positif pada murid, penting untuk melakukan pemetaan aset manusia yang ada di sekolah, khususnya potensi murid. Pemetaan ini dapat dilakukan melalui pendekatan yang berbasis aset. Selain itu, pemetaan kebutuhan murid dan semua anggota sekolah juga perlu diperhatikan. Untuk melakukan pemetaan kebutuhan murid yang baik, struktur, dan terarah, pendekatan IA atau BAGJA dapat digunakan.


Dalam penyusunan program yang berdampak positif pada murid, visi yang muncul dari kreativitas anak juga harus menjadi panduan. Ini memastikan bahwa program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan, minat, dan potensi murid, yang pada akhirnya akan menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna dan berdampak positif pada murid.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelajaran dari Sebuah Jam

KULIAH KERJA LAPANGAN

persembahan skrifsiku